IKHLAS YANG TAK TERLIHAT

Ikhlas merupakan rahasia Allah dan hambanya, yang tidak diketahui kecuali oleh Malaikat sehingga dia menulisnya sebagai pahala untuknya. Dan tidak juga diketahui oleh syaitan (setan) sehingga dia merusak pahala itu dan tidak pula diketahui oleh hawa nafsu sehingga ia mencondongkannya.

Ikhlas itu tidak terlihat, seperti dalam al-Quran surah Al-Ikhlas, tak ada kata ikhlas didalamnya. Ketika kebaikan kita tidak dihargai dan dilupakan, disaat itu kita sedang belajar ke-ikhlas-an.

Amal kebaikan yang kita akan diterima Allah jika memenuhi dua rukun. Pertama , amal itu harus didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni. Hanya mengharap keridhaan Allah swt. Kedua , amal perbuatan yang kita lakukan itu harus sesuai dengan sunah Rasulullah.

Syarat pertama menyangkut masalah batin, Niat ikhlas artinya saat melakukan amal perbuatan, batin kita harus benar-benar bersih. Rasulullah saw. bersabda.

“Innamal a’maalu bin-niyyaat"

"sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits itu, maka diterima atau tidaknya suatu amal perbuatan yang kita lakukan oleh Allah, sangat bergantung pada niat kita. Sedangkan syarat yang kedua, harus sesuai dengan syariat Islam. Syarat ini menyangkut segi lahiriah. Nabi saw. berkata.

"Man ‘amala ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa raddun"

"Barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak” (HR.Muslim).

Tentang dua syarat tersebut, Allah swt. menerangkannya disejumlah ayat dalam Alquran. Di antaranya dua ayat ini.

"Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (QS. Luqman: 22)

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan...” (QS.An-Nisa: 125)

Yang dimaksud dengan “menyerahkan diri kepada Allah” di dua ayat di atas adalah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. Sedangkan yang dimaksud dengan “mengerjakan kebaikan” didalam ayat itu ialah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai dengan sunnah Rasulullah.

***

Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita. Kedelapan tanda itu adalah,

1. Keikhlasan Hadir Bila Andan Takut Akan Popularitas.

Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata,

“Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan dan gelar. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya
meskipun harus menjegal kawan atau lawan.”

Misalkan, Seorang yang tidak ikhlas akan marah bila gelar haji nya tidak disebutkan. artinya ia beribadah hanya untuk dipanggil bu Haji dan pak Haji saja.

2. Ikhlas Ada Saat Anda Mengakui Bahwa Diri Anda Punya Banyak Kekurangan.

Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah.

Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang di lakukannya tidak diterima Allah. karena itu ia kerap menangis.

Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah. tentang maksud firman Allah:

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)

Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa Jalla?

Rasulullah ï·º . menjawab,

“Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan  kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.” (HR.Ahmad)

3. Keikhlasan Hadir Ketika Anda Lebih Cenderung Untuk Menyembunyikan Amal Kebajikan.

Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.

Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?”

Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda :

"Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk.
Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita" (HR.Ibnu Majah dan Baihaqi)

4. Ikhlas Ada Saat Anda Tak Masalah Ditempatkan Sebagai Pemimpin atau Bawahan.

Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan perkataan,

Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya."

Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah.

5. Keikhalasan Ada Ketika Anda Mengutamakan Keridhaan Allah Daripada Keridhaan Manusia.

Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah.

Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih keridhaan Allah atau keridhaan manusia, yang mendominasi diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun. Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.

6. Ikhlas Ada Saat Anda Cinta dan Marah Karena Allah.

Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda.

Sebaliknya, Allah mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu.

“Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah”. (QS.At-Taubah: 58)

7. Keikhlasan Hadir Saat Anda Sabar terhadap Panjangnya Jalan.

Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah.

Seperti Umar bin Khaththab yang berkata,

“Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!"

8. Ikhlas Ada Saat Anda Merasa Gembira Jika Kawan Anda Memiliki Kelebihan.

Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir direlung hati kita.

Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya.

Tak ada rasa iri.Tak ada rasa dendam. Jika seorang.leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.

Komentar

Sering Dibaca

BUKU ANAK INI ADALAH BUKU SYI'AH

TIGA KATA SULIT DAN TERLARANG DIUCAPKAN